Selasa, 17 Agustus 2010

DI BALIK TAWAKKAL KEPADA ALLAH

Kisah ini bermula dari keinginan saya untuk kuliah gratis jarak jauh pada jurusan ilmu yang berkaitan dengan agama islam . Sudah lama saya ingin kuliah, sudah sikian tahun keinginan saya untuk kuliah menancap pada hati saya, tapi apalah daya tangan tak sampai. Setiap saya dapati informasi kuliah, ternyata kuliah tersebut mengharuskan mengeluarkan biaya yang besar. Sedangkan saya adalah seorang yang miskin harta, setiap hari menggali lubang hanya untuk dapat makan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Setiap lubang yang akan ditutup, harus buat lubang di tempat lain guna menutup lubang pertama. Meskipun demikian, keinginan kuliah tidak pernah pudar, saya terus mencari informasi yang berkaitan dengan kuliah baik lewat teman – teman maupun menelusuri informasi di dunia maya. Pada suatu hari saya peroleh informasi tentang kuliah jarak jauh di UT ( Universitas Terbuka ) yang kantornya terletak di Jambi. Maka sayapun bersiap – siap untuk pergi ke Jambi dengan 3 teman saya yang satu tujuan, karena saya berpikiran bahwa kuliah di UT ini murah. Sesampai di kantor UT Jambi, ternyata biaya yang harus dikeluarkan diluar kemampuan saya. Maka sayapun mundur, tidak mendaftar pada UT tersebut.
Pada waktu lain, saya dapat informasi dari seorang teman yang tinggal di Tasik Malaya tentang kuliah jarak jauh di MEDIU LC Jogja ( Al-Madinah International University Learning Center ). Maka sayapun membuka internet untuk menggali informasi tentang MEDIU disamping saya senantiasa bertanya kepada teman tentang apa yang berkaitan dengan MEDIU. Ketika saya sudah mendaftar lewat internet, maka sayapun menghubungi pihak MEDIU lewat telepon di hari Kamis. Dari pembicaraan lewat telepon, saya diminta datang pada hari Sabtu ke kantor MEDIU Yogyakarta untuk melengkapi persyaratan dan mengikuti tes masuk . Mendengar informasi ini, saya termenung dan mencoba memutar – mutar otak, karena waktu itu saya tidak mempunyai uang yang cukup. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta menggunakan Pesawat Terbang guna mengejar waktu. Biaya transportasi udara dari Sarolangun, Jambi ke Jakarta pada waktu itu sangat mahal begitu juga dari Jakarta ke Yogyakarta. Hal ini karena harga tiket pesawat terbang untuk hari jum'at sampai ahad melambung tinggi.
Ditengah kebingungan, muncul sebuah ide untuk meminjam uang ke beberapa teman. Maka sayapun ke beberapa teman. Di luar perkiraan, telah terkumpulkan uang dalam bentuk pemberian bukan pinjaman. Meskipun uang masih jauh dari cukup dan secara perhitungan matematika, uang yang terkumpul hanya dapat untuk transport ke Yogyakarta saja. Tapi saya yakin " Maka apabila engkau bertekad kuat, maka tawakkallah " ( Al-Qur'an ), dan " Kalau seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar – benar tawakkal, maka sungguh Allah akan memberi kalian rizki sebagaimana halnya Allah memeberi rizki kepada burung, burung pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, pulang di sore hari dalam kedaan kenyang " ( al-Hadist ).
Pada hari Kamis malam Jum'at sayapun berpamitan kepada keluarga dan teman – teman sekaligus mohon kepada mereka untuk medoakan kebaikan ubtuk saya. Setelah itu, sayapun langsung berangkat menuju Bandara Sultan Thaha di Jambi. Awalnya saya ragu naik pesawat karena tiketnya mahal, tapi mengingat waktu yang mendesak, sayapun langsung berangkat pakai pesawat. Sesampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, saya langsung menuju Stasiun Gambir Jakarta Pusat. Ketika hendak beli tiket Kereta Api, diluar dugaan ternyata uang saya tidak cukup, maka sayapun menelpon teman yang tinggal di dekat stasiun itu. Alhamdulillah, teman mau meminjamkan uangnya dan mengantarkannya ke stasiun Tiket kereta apipun terbeli dan sayapun bertambah semangat meskipun saya tidak tahu apakah saya bisa kembali ke Jambi atau tidak.. Perjalananpun sampai di MEDIU Yogyakarta pada hari Ahad dengan menyisakan bekal yang hampir habis. Setelah melengkapi persyaratan dan mengikuti tes, sayapun mencari jalan keluar agar dapat pulang ke Jambi. Saya mencoba melamar pekerjaan di sana - sini, hingga akhirnya bertanyalah seorang pekerja kepada saya tentang saya, maka saya jawab: " saya kehabisan bekal ". Pekerja itupun menyarankan untuk pergi ke Rumah Zakat. Tidak disangka ternyata Rumah Zakat itu tidak jauh dari tempat saya berdiri. Tidak pikir panjang, saya menuju tempat itu. Sesampainya di Rumah Zakat saya mengutarakan maksud tujuan saya, maka dari pihak Rumah Zakatpun memberikan respon yang baik berupa tiket Kereta Api ke Jakarta pada hari Senin, adapun dari Jakarta ke Jambi pihak Rumah zakat menyarankan untuk mencari bantuan lagi.
Menunggu hari Senin tiba, saya mencoba untuk mencari pekerjaan lagi. Sayapun membeli koran Kedaulatan Rakyat untuk mencari iklan lowongan pekerjaan. Saya lihat di koran itu ada lowongan pekerjaan. Akhirnya saya menghubungi beberapa lowongan pekerjaan, dan diminta datang ke tempat tersebut untuk interview atau wawancara. Usaha saya tidak berhenti sampai disitu, saya mencoba menghubungi teman yang berada di Tasik Malaya untuk meminta pendapatnya. Teman saya menyarankan untuk pergi ke Pondok Pesantren Jamilurrahman Jogja. Sayapun pergi ke pesantren tersebut dan menginap disana. Di dalam pesantren tersebut saya temukan banyak manfaat, diantaranya saya dapat menambah khazanah keilmuan saya tentang ilmu tata bahasa arab dan lainnya. Pada saat saya mengikuti dauroh/kajian dipesantren itu, saya kagum terhadap para peserta dauroh, dimana mereka begitu konsentrasi mendengarkan penjelasan ustadznya. Hal ini bersebrangan dengan kondisi pada kebanyakan sekolah, dimana para muridnya tidak mendengarkan apa yang disampaikan gurunya, para murid kebanyakan disibukkan dengan hal – hal yang tidak bermanfaat seperti main HP atau lainnya. Setelah dauroh selesai, saya mencoba untuk menghampiri ustadz yang telah mengisi dauroh tersebut untuk berbincang – bincang. Dalam perbincangan itu, saya memohon kepadanya untuk belajar ilmu tata bahasa arab dari Nahwu, Shorof dan sebagainya dengan metode tanya jawab sebagai oleh – oleh ke Jambi sekaligus sebagai persiapan ujian tes masuk MEDIU. Mendengar permohonan saya, ustadz itu menyambut dengan baik, dan memberikan jawaban apa yang saya tanya.
Pada pagi harinya, hari ahad yang cerah, sayapun pergi ke kantor MEDIU dengan diantar teman dari pesantren tersebut untuk mengikuti tes masuk. Ketika tes telah selesai, saya berusaha mencari pekerjaan agar dapat bekal untuk pulang ke Jambi. Diwaktu saya berpikir, saya teringat ucapan seorang mahasiswa Jogja yang menyarankan untuk membeli koran kedaulatan rakyat ketika saya membutuhkan informasi lowongan pekerjaan. Meskipun uang saya semakin menipis, saya tetap membeli koran itu guna mendapatkan informasi masalah pekerjaan. Tatkala koran sudah berada di tangan, saya dapati banyak lowongan pekerjaan di dalamnya. Tanpa berpikir panjang, sayapun melamar di tiga PT untuk bagian keuangan, gudang dan yang lainnya. Lamaran saya disambut dengan baik dan diminta datang ke PT tersebut pada besok paginya untuk wawancara atau interview.
Ditengah penantian waktu interview, teman saya meminta saya untuk pergi ke Tasik Malaya dan akan membantu saya dalam pencarian pekerjaan yang baik. Dengan senang hati, saya menerima tawaran itu dan sayapun berpamitan dengan teman yang di Jogja. Kereta Apipun membawa saya dari Jogja menuju Tasik Malaya. Di Tasik Malaya saya mendapatkan bantuan berupa pinjaman lunak. Meskipun pinjaman uang yang saya terima padahal harapan saya adalah sebuah pekerjaan, saya terima dengan senang dengan keyakinan itulah yang terbaik untuk saya. Ini dibuktikan dengan adanya berita dari istri saya, bahwa dia sedang sakit dan pekerjaan – pekerjaan di jambi sedang menunggu. Dari pinjaman itu saya dapat pulang dengan rasa bersyukur yang tinggi kepada Allah dan bertambah yakin kepada Allah bahwa siapa saja yang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk menggapai sesuatu yang Allah ridoi, maka Allah akan memberikan kemudahan – kemudahan pada setiap rintangan yang dihadapi


Sumber : http://sofwan01-kehidupan.blogspot.com/2010/08/di-balik-tawakkal-kepada-allah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar